Harga pupuk dunia telah melonjak tajam, terutama akibat konflik geopolitik dan gangguan rantai pasok global. Kondisi ini memberikan tekanan luar biasa pada petani di banyak negara, termasuk Indonesia. Kenaikan harga ini secara langsung meningkatkan biaya produksi pertanian, yang pada akhirnya dapat memengaruhi ketahanan pangan global dan kesejahteraan petani kecil. Ini menjadi isu krusial yang memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak.
Ketergantungan pada pupuk kimia sintetis, yang sebagian besar bahan bakunya diimpor dan dipengaruhi oleh pasar komoditas global, menjadi akar masalah. Ketika pasokan terganggu atau harga gas alam dan energi melonjak, harga pupuk ikut melambung. Hal ini menunjukkan kerentanan sistem pertanian modern terhadap gejolak eksternal yang tidak dapat diprediksi, dan membuat petani menjadi sulit.
Dampak dari kenaikan harga pupuk sangat nyata di tingkat petani. Mereka dihadapkan pada pilihan sulit: mengurangi dosis pupuk yang berisiko menurunkan hasil panen, atau menanggung biaya produksi lebih tinggi yang dapat mengikis keuntungan. Bagi petani kecil, pilihan ini bisa berarti perbedaan antara keberlanjutan usaha dan kebangkrutan, sehingga harus ditanggapi dengan serius.
Fenomena ini mendorong para ilmuwan dan petani untuk secara serius mencari alternatif. Pupuk organik, seperti kompos, pupuk kandang, atau pupuk hijau, kini semakin menarik perhatian. Meskipun produksinya memerlukan waktu dan tenaga, pupuk organik dapat diproduksi secara lokal, mengurangi ketergantungan pada impor, dan meningkatkan kesehatan tanah secara jangka panjang.
Selain pupuk organik, praktik pertanian regeneratif juga menjadi fokus. Ini mencakup teknik seperti rotasi tanaman, tanpa olah tanah, dan penanaman tanaman penutup tanah. Praktik-praktik ini tidak hanya mengurangi kebutuhan akan pupuk kimia, tetapi juga meningkatkan kesuburan tanah alami, konservasi air, dan keanekaragaman hayati ekosistem pertanian, sehingga sangat bermanfaat.
Pemerintah juga berupaya membangun kebijakan yang mendukung transisi menuju pertanian yang lebih berkelanjutan. Subsidi untuk pupuk organik, pelatihan bagi petani tentang praktik regeneratif, dan insentif untuk inovasi lokal dapat membantu meringankan beban kenaikan harga pupuk dan mendorong praktik yang lebih ramah lingkungan, serta membantu kesejahteraan petani.
Kolaborasi antara pemerintah, ilmuwan, petani, dan industri sangat penting untuk mengatasi krisis harga pupuk ini. Dengan berinvestasi pada penelitian dan pengembangan alternatif pupuk, serta mempromosikan praktik pertanian berkelanjutan, kita dapat mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia sintetis dan menuju sistem pangan yang lebih tangguh dan mandiri di masa depan, demi keberlanjutan.
