Dalam aktivitas pertanian, petani seringkali berhadapan dengan berbagai jenis hama yang dapat mengancam keberlangsungan tanaman dan hasil panen. Salah satu kelompok jenis hama berukuran kecil namun memiliki dampak besar adalah kutu. Berbagai jenis seranggakutu dengan cepat dapat berkembang biak dan menghisap nutrisi penting dari tanaman, menyebabkan pertumbuhan terhambat, daun menguning, keriting, bahkan kematian tanaman.
Kutu merupakan kelompok serangga kecil dari ordo Hemiptera yang memiliki mulut penusuk dan penghisap. Berbagai jenis hama kutu dapat menyerang berbagai bagian tanaman, termasuk daun, batang, bunga, dan buah. Selain menghisap cairan sel tanaman, beberapa jenis kutu juga mengeluarkan embun madu yang dapat memicu pertumbuhan jamur jelaga, mengganggu proses fotosintesis.
Beberapa jenis hama kutu yang umum menyerang tanaman pertanian di Indonesia antara lain kutu daun (Aphis spp.), kutu kebul (Bemisia tabaci), kutu trips (Thrips spp.), dan kutu putih (Pseudococcus spp.). Setiap jenis kutu ini memiliki karakteristik dan tanaman inang yang berbeda. Kutu daun dikenal dengan kemampuannya membentuk koloni besar di permukaan bawah daun dan pucuk tanaman. Kutu kebul tidak hanya merusak secara langsung tetapi juga menjadi vektor berbagai virus berbahaya bagi tanaman.
Dampak serangan jenis hama kutu dapat sangat merugikan petani. Pertumbuhan tanaman yang terhambat menyebabkan penurunan hasil panen. Kerusakan fisik pada daun dan buah menurunkan kualitas hasil panen dan nilai jual. Selain itu, penyebaran virus oleh beberapa jenis kutu dapat menyebabkan kerugian yang lebih besar dan sulit dikendalikan.
Oleh karena itu, pengendalian dan pembasmian jenis hama kutu menjadi langkah penting dalam praktik pertanian. Strategi pengendalian hama kutu yang efektif melibatkan pendekatan Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Metode pengendalian yang dapat diterapkan meliputi penggunaan mulsa untuk mengurangi populasi kutu kebul, pemanfaatan musuh alami seperti predator (kepik, cocopet) dan parasitoid, serta penggunaan insektisida secara selektif dan sesuai ambang batas ekonomi.
Menurut data dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Kementerian Pertanian 1 RI, yang dirilis pada 20 April 2025, pemanfaatan musuh alami terbukti efektif dalam menekan populasi beberapa jenis kutu hama pada tanaman sayuran. Petani di beberapa sentra hortikultura di Jawa Barat juga telah berhasil menerapkan teknik ini.
Petugas Pengamat Hama dan Penyakit (PHP) di lapangan secara rutin memberikan bimbingan kepada petani mengenai cara identifikasi jenis hama kutu dan metode pengendalian yang tepat. Pemantauan populasi kutu secara berkala menjadi kunci dalam pengambilan keputusan pengendalian yang efektif.