Ketidakpastian Alam: Cuaca Ekstrim Hantui Petani Tembakau, Ancaman Gagal Panen

Sektor pertanian tembakau, yang menjadi sumber penghidupan bagi banyak petani tembakau di berbagai daerah, termasuk sentra-sentra utama seperti Jawa Timur dan Lombok, sangat rentan terhadap perubahan iklim dan cuaca ekstrem. Fenomena cuaca yang tidak menentu, mulai dari kekeringan berkepanjangan, hujan lebat disertai angin kencang, hingga banjir, seringkali menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan usaha petani. Dampak buruk cuaca ekstrem dapat menyebabkan gagal panen, penurunan kualitas hasil panen, hingga kerugian ekonomi yang signifikan bagi para petani.

Salah satu ancaman utama bagi petani adalah kekeringan. Tanaman tembakau membutuhkan pasokan air yang cukup untuk tumbuh optimal. Kekeringan yang berkepanjangan dapat menghambat pertumbuhan tanaman, menyebabkan daun tembakau menjadi kering dan kualitasnya menurun drastis. Di sisi lain, curah hujan yang terlalu tinggi juga dapat menjadi masalah serius. Hujan lebat yang terus-menerus dapat menyebabkan banjir di lahan pertanian, merusak tanaman tembakau, dan bahkan menghanyutkan hasil panen yang sudah siap. Angin kencang juga dapat merobohkan tanaman tembakau yang sudah tinggi, menyebabkan kerugian yang besar bagi petani tembakau.

Perubahan pola cuaca yang semakin ekstrem dan sulit diprediksi menjadi tantangan terbesar bagi petani. Mereka kesulitan untuk menentukan waktu tanam yang tepat dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang efektif. Ketidakpastian ini meningkatkan risiko gagal panen dan kerugian finansial. Pemerintah dan pihak terkait berupaya untuk membantu petani tembakau dalam menghadapi tantangan ini melalui penyediaan informasi cuaca yang lebih akurat, pengembangan sistem irigasi yang lebih baik, serta program asuransi pertanian untuk melindungi petani dari kerugian akibat bencana alam.

Menurut Bapak Samsul (50 tahun), seorang petani tembakau di Kabupaten Jember, Jawa Timur, pada Jumat, 18 April 2025, cuaca ekstrem menjadi momok yang menakutkan bagi para petani. “Dulu, pola cuaca masih bisa diprediksi. Sekarang, semuanya serba tidak pasti. Kadang kemarau panjang sekali, tiba-tiba hujan deras dan banjir. Kami sebagai petani tembakau sangat bergantung pada alam, dan cuaca ekstrem ini benar-benar membuat kami khawatir akan gagal panen,” ujarnya. Untuk mengatasi kerentanan petani tembakau terhadap cuaca ekstrem, diperlukan adaptasi dan inovasi dalam praktik pertanian. Penggunaan varietas tembakau yang lebih tahan terhadap perubahan iklim, penerapan sistem pertanian konservasi, serta pemanfaatan teknologi informasi untuk memantau kondisi cuaca secara real-time dapat menjadi solusi untuk meminimalkan risiko kerugian bagi petani tembakau.