Bunga Edelweis ( Anaphalis javanica ), dengan kelopaknya yang putih keperakan dan teksturnya yang lembut, seringkali diasosiasikan dengan keabadian dan keindahan pegunungan. Namun, di balik pesonanya yang memukau, tersembunyi fakta bahwa bunga ikonik ini termasuk dalam kategori tanaman langka yang keberadaannya semakin terancam. Artikel ini akan mengupas tuntas mengapa Edelweis menjadi tanaman langka dan langkah-langkah pelestarian yang mendesak untuk dilakukan.
Edelweis secara alami tumbuh di dataran tinggi pegunungan di Indonesia, seperti di kawasan pegunungan Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Kemampuannya untuk bertahan di kondisi ekstrem, seperti suhu dingin, angin kencang, dan paparan sinar ultraviolet yang tinggi, menjadikannya simbol ketahanan alam. Bunga ini memiliki peran penting dalam ekosistem pegunungan, menjadi bagian dari keanekaragaman hayati yang unik dan menarik bagi para pendaki dan peneliti.
Sayangnya, popularitas Edelweis justru menjadi salah satu penyebab utama penurunan populasinya. Perburuan liar oleh wisatawan yang ingin mengabadikan kenangan dengan memetik bunga ini secara ilegal telah berlangsung lama. Selain itu, perluasan aktivitas pendakian yang tidak terkontrol dan perubahan iklim global juga memberikan tekanan signifikan terhadap keberlangsungan hidup tanaman langka ini di habitat aslinya.
Berdasarkan laporan dari Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BB TNBTS) pada tanggal 22 Juli 2024, di sekitar jalur pendakian Gunung Semeru ditemukan sejumlah oknum pendaki yang kedapatan memetik bunga Edelweis. Petugas patroli BB TNBTS yang bertugas pada hari Senin tersebut, yang dikomandoi oleh Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II, Bapak Agung Prasetyo, berhasil mengamankan beberapa pelaku dan memberikan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Kejadian ini menggambarkan betapa rentannya populasi tanaman langka ini terhadap aktivitas manusia.
Upaya konservasi Bunga Edelweis memerlukan sinergi antara pemerintah, pengelola taman nasional, organisasi lingkungan, dan masyarakat luas. BB TNBTS dan taman nasional lainnya secara rutin melakukan patroli dan sosialisasi kepada para pendaki mengenai larangan memetik Edelweis. Program penanaman kembali bibit Edelweis di area-area yang terdegradasi juga terus diupayakan.
Penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya para pendaki, mengenai status Edelweis sebagai tanaman langka yang dilindungi. Informasi mengenai pentingnya menjaga kelestarian flora pegunungan perlu disampaikan secara efektif melalui berbagai media. Selain itu, pengembangan pariwisata yang bertanggung jawab dan berkelanjutan, dengan menekankan prinsip “tidak meninggalkan jejak dan tidak mengambil apapun kecuali foto”, menjadi kunci dalam menjaga kelestarian Edelweis dan ekosistem pegunungan secara keseluruhan.
Sebagai penutup, Bunga Edelweis adalah permata pegunungan yang harus kita jaga bersama. Statusnya sebagai tanaman langka adalah alarm bagi kita untuk lebih peduli dan bertindak nyata dalam melindunginya. Keindahan abadi Edelweis akan terus memukau jika kita mampu menjaga habitatnya dan menghentikan segala bentuk ancaman terhadap keberadaannya. Mari kita jadikan pegunungan sebagai rumah aman bagi tanaman langka yang istimewa ini.